Kata-kata itu sulit diungkapkan dengan bahasa yang biasa-biasa
saja karena hanya hati yang bisa mengatasinya, hati yang lebih mengerti dan
memahaminya, bahkan otakpun ikut teracuni oleh perasaan semu itu.
Hari ini dimana semua perasaan itu memuncak, rasa yang
mungkin sudah menjadi makanan sehari-hari bagiku yang merindukan seseorang
sebut aja rasa itu adalah rasa rindu. Hal kecil yang biasa dilakukan sehari-hari,
ombrolan konyol namun menyimpan ribuan makna yang berarti bagiku kini telah
sirna dimakan oleh sang waktu bahkan telah hilang entah kemana.
Aku tahu saat itu hanya pertemuan singkat yang tidak ada
artinya, bagi dia mungkin hanya angin lalu yang dibiarkan berhembus begitu
saja. Namun, saat-saat itu menjadi sangat berarti dan rasanya waktu berjalan
begitu cepat tanpa memperdulikanku yang tengah telena dengan moment itu dan
menghantarkanku pada suatu gerbang awal mengenal kehidupannya. Tiga hari
merupakan waktu yang sangat singkat namun menyimpan sejuta kenangan yang
bermakna bagiku, entah bagi dia, mungkin itu hanya menjadi memori klasik yang
hanya disimpan dalam kotak kenangannya dan dibiarkan tertutup begitu saja,
berdebu, dan terlupakan.
Sosok yang telah menjeratku pada kekaguman dan menimbulkan tanya
dalam hati. Siapa dia? Bolehkah aku mengenalmu lebih jauh lagi? Terselip dalam
doaku setiap malam agarku diperbolehkan untuk mengetuk pintu hatimu dan kau izinkanku
untuk mengenalmu. Sang Pencipta akhirnya menjawab doaku, kini kau dan aku
sempatkan waktu untuk berbagi cerita tentang hari-hari penuh warna yang kau
alami dan akupun begitu, hari-hari kita lalui bersama, memberi semangat satu
sama lain, itu menjadi hal yang takkan terlupakan bagiku. Kita sempatkan pergi
ke tempat dimana kita mengatupkan tangan kita masing-masing dan memanjatkan
syukur dan doa kepada Tuhan. Entah apa yang ada dipikiranmu dan entah doa apa
yang ingin kau panjatkan kepada-Nya, itu menjadi rahasia, hanya kau dan Tuhan
yang tahu. Disini aku juga punya sejuta harapan yang aku gantungkan setinggi
langit dan aku berpegang pada kepercayaanku yaitu Tuhan yang aku tahu persis
bahwa Dia takkan pernah melepaskan tanganku jika suatu saat aku terjatuh karena
Dialah Tuhan yang tahu persis apa yang terbaik untukku.
Namun, setelah kau bawa aku ke padang bunga yang tengah
bermekaran penuh warna dan mewangi kau tinggalkanku di sana jauh-jauh-jauh
entah ke mana, akupun tak tahu engkau pergi ke mana, ke barat, utara, selatan,
atau mungkin timur? Entahlah. Yang jelas di sini aku hanya bisa duduk terdiam
menanti harapan yang mungkin tidak kunjung hadir, harapan semu yang terus
membayangiku dengan sebuah kata “andaikan”. Andaikan kamu terus disini,
andaikan kita bisa berbagi cerita, andaikan kita bisa pergi berdoa bersama,
andakan..... andaikan..... andaikan......
Ya mungkin ini yang disebut dengan perkenalan singkat yang
tidak ada maknanya bagimu, seperti ombak yang datang ke daratan untuk bertegur
sapa dengan pasir yang tetap berada di pantai lalu ia pergi meninggalkannya. Namun,
pasir tetap berada di sana tidak pernah sekalipun berfikir untuk beranjak
pergi. Harapan tetap menjadi harapan, mungkin akan berubah menjadi kenyataan
tapi entah kapan hanya Tuhan yang tahu. Semoga suatu hari nanti waktu akan
mempertemukan kita kembali. Sekali lagi, hanya Tuhan yang tahu.
Suatu saat kamu akan menyadarinya
Suatu saat kamu akan memahami perasaan ini
0 komentar:
Posting Komentar