Hello Februari, apa kamu masih sama seperti yang dulu? Aku
rasa begitu
Februariku kali ini penuh cerita,
cerita tentang harapan yang sama. Apakah salah jika aku menyimpan harapan yang
tak tahu kapan terjawab? Jari-jari ini selalu mengatup, bergenggaman saling
memenuhi rongga-rongga mengiringi setiap harap yang terbisik lirih dari dalam
lubuk hati. Hadirat-Mu yang di tuju, sepasang mata yang tertutup memanjatkan
rangkaian kata-kata indah yang disebut doa, kata-kata yang sudah tidak asing
lagi, kata-kata yang hampir selalu terucap di setiap doa.
Mungkin, saat ini Tuhan masih
menggenggam doa-doaku, rencana besar yang tertata rapih telah menanti di sana.
Tapi, entah kapan aku dapat menjumpainya. Kadang rasa cemas, gelisah, dan
bimbang selalu menghantui langkah ini tuk tetap melaju, tapi sekali lagi
keyakinan ini yang menguatkanku. Februariku masih sama seperti kemarin, suka
duka menjadi hal biasa yang seakan-akan menjadi santapan hidup. Tapi, aku
bersyukur Tuhan masih sangat mencintaiku, hal-hal kecil yang tak terpikirkan
mampu menjadi penyemangat. Aku selalu siap untuk menghadapi hari esok, karena
aku tahu, di sini aku punya harapan yang tak pernah mati dan aku punya Tuhan
yang selalu menjadi pelita dalam setiap kegelapan yang aku alami, saat ini dan
nanti.
Februariku kali ini masih tetap
sama dengan hari kemarin, kamu. Ya, kamu masih menjadi peran utama dalam
panggung sandiwara ini. Menjadi bayang-bayang yang selalu berhasil menyita
waktuku. Namun apa yang terjadi semua itu hanya sebuah harapan semu yang tak
berarti. Detik demi detik terus berjalan dan terbuang sia-sia karna sebuah hal
yang sama sekali tidak menjanjikan. Masa lalu yang penuh cerita sekarang hanya
menjadi kenangan belaka, mungkin bila diibaratkan masa lalu itu telah berdebu
tebal dan menyesakkan bila dihirup udaranya. Kala itu memang indah, saat mata
ini tertuju pada layar kotak berukuran 5x5cm yang selalu menampilkan rangkaian
kata indah dari seseorang di sana. Namun sekali lagi ,ini telah menjadi
kenangan yang mungkin bisa dibilang telah sirna. Waktu terus melaju dan aku
masih tetap berdiam di sini berharap masa-masa itu dapat kembali nyata.
Februariku telah melaju hingga
detik ini, hal-hal manis telah berubah menjadi pahit. Di sana ada kehidupan
baru yang telah kau temui. Jauh dari dahulu, sekarang telah berbeda. Ada
seseorang yang telah berhasil mencuri senyumu. Memang, banyak orang mengatakan
penyesalan selalu datang terakhir. Ya, ini yang terjadi, ini sebuah
kenyataannya yang harus dihadapi, penyesalan diakhir cerita. Saat itu aku
memang bodoh tak dapat memahamimu dan mungkin saat itu aku mati rasa. Dan
sekarang aku kehilangan. Selamat, semoga kau tetap menjadi peran utama dalam
setiap ceritaku selanjutnya. Cerita indah yang nantinya akan ku rangkai
sendiri, dan di sini masih ada secerca harap dalam ketulusan hati.
Di sana kamu dengan duniamu, di
sini aku dengan duniaku.